Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Featured Posts

Kamis, 14 Juni 2012

Bermain Jazz yang benar

Dari tiga puluh tahun yang silam hingga sekarang, perkembangan jazz tidak terlalu banyak berubah. ''Jazz di Indonesia masih tertatih-tatih.'' Pernyataan ini dikemukakan Buby Chen beberapa tahun lalu.
Seretnya perkembangan jazz dibanding jenis musik lain, kata Buby, bagaikan lingkaran setan yang tak bakal habis dibicarakan. Meskipun demikian ada beberapa hal yang dapat disebutkan. Pertama, terletak pada musisinya sendiri. Selama ini musisi jazz Indonesia kebanyakan lupa menggali potensi diri sendiri mencari kemungkinan jazz. Kebanyakan mereka asyik bermain dalam aliran jazz yang lebih banyak digemari masyarakat, misalnya fussion.
Meskipun itu tidak salah, kata Buby, kebiasaan bermain dalam satu jenis musik jazz merupakan sebuah ketertinggalan. ''Kalau mau main jazz yang benar belajar dulu mainstream. Kalau ini sudah bener, ibarat burung bisa hinggap di mana saja, dan tidak ditertawakan orang lain, atau istilahnya anak muda ngepotnya tepat'' kata Buby.
Fussion menurut Buby bisa diterima masyarakat karena fussin lebih ritmis dibanding jazz lainnya. Oleh karena itu tidak mengherankan bila bangsa Indonesia yang memang lebih menyukai hal-hal yang ritmis baru kemudian melodi, dan harmoni. Tapi, lanjut Buby, seorang musisi jazz tidak boleh terpaku dengan fussion saja dan jarang menjamah yang lainnya.
Jazz, bagi Buby, adalah sebuah pohon yang membutuhkan akar yang kuat untuk bercokol. Buby pun mengibaratkan sebagai sebuah pohon, jazz dibangun dari akar Blues ditopang oleh batang yang disebut mainstream jazz atau pure jazz dan baru ranting yang menaungi mulai dari free jazz hingga dixieland. Oleh karena itu sebelum beranjak ke jazz yang lebih ngepop, kata Buby, setidaknya seorang musisi jazz menguasai terlebih dulu Jazz hingga ke intinya. ''Tapi saya juga senang dengan fussin karena itu termasuk jazz juga. Tetapi seorang musisi jazz harus terus belajar mainstream,'' kata Bubby.
Permasalahan lain yang menyebabkan adalah karena sistem yang membuat pertunjukan jazz selalu dianggap mahal dan eksklusif. Orang merogoh koceknya lebih hingga puluhan ribu sekadar untuk menikmati jazz. Berikutnya adanya tawar-menawar yang ketat yang diajukan promotor. Termasuk pertimbangan sejauh mana keuntungan yang bakal didapat. Belum lagi soal tempat dan pertimbangan teknis lainnya. ''Memang banyak sekali hambatannya. Jazz kondisinya tertatih-tatih,'' kata Buby. Toh apapun keadaannya, Buby masih menyimpan harapan, termasuk anak-anak muda yang kini mulai kritis terhadap jazz.
Redaktur: M Irwan Ariefyanto
Sumber: wawancara bubi chen (http://www.republika.co.id/berita/senggang/java-jazz-2012/12/02/29/m05rqg-petuah-bubi-chen-belajarlah-bermain-jazz-dengan-benar)

Senin, 12 Maret 2012

Tips atau cara meredam emosi saat bermain drum

          Inilah salah satu faktor penyebab rusaknya permainan drum kita.Kondisi/keadaan bermain drum didalam studio dan disaat kita perform sangatlah berbeda. Didalam studio mungkin kita bisa bermain dengan santai tanpa ada emosi yang berlebihan, walaupun masih ada juga drumer yang belum bisa mengatur emosinya karena dia terbawa irama lagu yang tergolong agak nge-beat atau terbawa gaya permainan dari pemain instrumen lain. Sementara itu jika kita perform, paling tidak kita memiliki sound monitor sendiri (kalau ada) atau kita harus sangat fokus di sound monitor pusat (biasanya penempatannya di depan). nah itulah masalah bagi para drummer yang tidak mempunyai sound monitor pribadi, karena pada saat kita perform tanpa sound monitor, kita akan merasa kalau suara drum kita itu tidak keluar dan seolah-olah yang bisa mendengar suara drum itu sendiri adalah cuman kita sendiri, padahal disitu sudah ada mic drumnya untuk sound out.
          Sekarang apa yang terjadi jjika masalahnya seperti diatas?permainan drum kita akan hancur, ruwet, tidak tertata semua rofelannya, fill in tidak berjalan mulus seperti apa yang sudah kita bayangkan sebelum perform. Nah, contoh masalah serta akibat-akibat seperti diatas harus kita tambal saat itu juga (saat akan perform dan saat perform), karena tidak mungkin kita tambal jauh-jauh hari sebelum perform, jika dilogikakan hasilnya juga pasti sama (pada saat itu juga). Saya punya tips yang mungkin Insya Allah sedikit membantu. Tips ini juga pernah saya tanyakan dengan drummer Dewa19 yaitu Agung Yudha Asmara . Dan tipsnya adalah :
Yang pertama, stikinglah dengan stik yang tidak biasanya, bisa juga dengan stik yang ukurannya lebih besar dari ukuran yang biasa kita pakai. Efeknya akan terasa saat kita menggunakan stik yang biasa kita pakai. Lebih baik lagi jika kita mempunyai drum pad agar rofel dapat kita atur dengan baik. 
Yang kedua, latihlah pergelangan tangan kita agar luwes. Biasanya saya menggunakan beban antara bobot 1-3kg. Kita bisa juga menggunkan barbel atau yang sejenisnya. Namun cara pemakaaiaannya hanya di pergelangan tangan saja.
Yang ketiga, aturlah posisi drum terlebih dahulu sebelum mulai bermain dengan ukuran yang bisa capai semua bagian-bagiannya.
Yang keempat, berasumsilah bahwa pukulan kita dapat didengar semua audience. Posisi drum saat di panggung biasanya diletakkan dibelakang, maka dari itu para drummer biasanya berfikir kalau pukulannya kurang berpower/kurang keras. Padahal untuk masalah keras tidaknya suara drum bukanlah dia, tetapi mixer.
Dan yang terakhir adalah rilexkan diri anda dan nikmati lagu yang anda bawakan.

Terima kasih sudah mau datang dan membaca artikel yang sederhana ini.

Minggu, 11 Maret 2012

Tips Memilih Stick Drum

          Stick adalah alat pukul drum yang terbuat dari kayu (menurut saya). Kayu yang dipakai untuk membuat stick tidak sembarangan, walaupun semua kayu bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan stick. Setiap jenis kayu memiliki karakter bunyi masing-masing. Begitu juga dengan cara pemukulannya serta bentuk kepala stiknya. Stick drum juga mempunyai ukuran masing-masing dan biasanya ukuran-ukuran tersebut disesuaikan dengan jenis musik yang kita mainkan. Sebagai contoh, Lars Ulrich (Metallica) lebih memilih ukuran 5B untuk memainkan lagu trash metalnya, sementara Mike Portnoy lebih memilih ukuran 7A untuk memainkan progresif rocknya.
          Lha menurut saya pribadi, dalam membeli stik kita memang harus pintar-pintar memilih karena pengaruhnya sangaat besar terhadap permainan drum kita. Tips yang saya bagikan mungkin tidak sempurna, dan semoga Insya Allah membantu. Dan juga tips ini sudah berdasarkan pengalaman yang saya alami. Nah ini dia tipsnya :
Yang pertama, jangan memilih stik yang dicat atau malah sengaja dicat. Kalau dicat stik memang lebih kelihatan "jreng" atau lebih lebih garang, tapi kalau misalkan untuk main (terutama saat perform) stik itu bisa lari dengan sendirinya (dalam kamus indonesia artinya lepas). Kenapa demikian?karena saat kita bermain, tangan otomatis akan berkeringat dengan sendirinya, kemudian bertemunya keringat dengan stik bercat itu menjadikan licin, yang akhirnya stik itu bisa lepas. Dan yang pernah yang saya alami lagi adalah antara 1 pasang stik ternyata berbeda bahan kayu yang dipakai. Saya tidak menyadarinya karena sewaktu membeli, stik tersebut dalam keadaan terbungkus dus (sudah pasti tidak boleh dibuka), dan saya kira stik tersebut cukup bagus.Pengaruhnya saat kita perform sangat terasa, karena perbedaan beratnya yang cukup besar (tidak seimbang antara tangan kanan dan kiri). 
Yang kedua, pilih stik sesuai dengan ukuran/postur tangan kita. Kebetulan ukuran tangan saya kecil jadi saya lebih cocok dengan memakai stik ukuran 7A. Tetapi ternyata suatu hari saya tidak sengaja membeli stik yang ukurannya lebih kecil dari 7A, karena menurut saya sendiri stik itu sangat pas dan juga nyaman di tangan saya, maka saya pun beralih ke stik tersebut.
Yang ketiga, pilihlah stik dengan jenis kayu yang asli. Meskipun terbilang mahal, tapi semua merek stik ternama memberikan kualitas yang terbaik. Kita bisa tahu jenis kayu dari serat,warna, dan beratnya. Pada tips ini akan sangat terasa pengaruhnya saat kita memukul simbal. Jika kita salah memilih atau tertipu saat membeli stik maka akan cepat merusak drum kit anda, terutama simbal, walaupun kerusakan simbal juga bisa disebabkan oleh beberapa faktor.
Yang keempat, pilihlah stik dengan suara yang masih padat, tidak kopong. pukulah kedua stik itu saling berpukulan, jika suaranya masih terdengar jernih dan padat maka stik tersebut benar-benar masih dalam keadaan utuh dan bisa bertahan lama. Namun jika suara yang dihasilkan tidak jernih berarti kayu stik itu sudah agak lapuk.
Yang kelima, menurut saya inilah bagian terpenting dalam pemilihan stik, yaitu pilihlah stik yang sangat-sangat nyaman di tangan kita, kalau perlu jika memang semua ukuran stik yang ada tidak cocok di tangan kita, solusi custom juga bisa kita pakai. Karena menurut saya kenyamanan dalam bermusiklah yang membuat hasil karya kita pun nyaman didengar.

Mungkin cuma itu tips memilih stik yang bisa saya bagikan. Jika ada yang kurang, bisa anda komen dikolom bawah, toh sayapun masih amatir dalam drum.
Terima kasih sudah mau datang dan membaca artikel yang sederhana ini.

Sabtu, 10 Maret 2012

Kualitas Musik Indonesia


          
          Akhir-akhir ini saya sering melihat kemudian membacanya (tidak hanya melihat) artikel ataupun yang hanya sebuah komentar para penikmat musik tanah air, mengatakan bahwa yang intinya mereka itu kurang menikmati musik Indonesia di jaman sekarang (antara tahun 2008-saat in). Tidak hanya orang biasa saja yang mengatakan demikian, tapi para musisi papan ataspun juga berkomentar demikan.
           Mungkin jika kita lihat dari segi audio, kualitas musik Indonesia jaman sekarang dikatakan dibawah kualitas musik barat era 80-90an. Kemudian jika kita lihat mengenai fill in para personil pemusik Indonesia jaman sekarang, rasanya kurang 'nggreget' di telinga daripada pemusik Indonesia era 90an. Mungkin itu salah satu penyebabnya mengapa musisi papan atas terutama musisi era 90an mulai angkat bicara.
      Ada satu hal lagi yang mungkin juga salah satu penyebab turunnya kualitas musik ndonesia, yaitu masalah bisnis. Disini peran para produser rekaman label-label besar di Indonesia sangat berperan penting dalam pemasaran dan juga seberapa besar kepopuleran artis yang dipegangnya. Para produser lebih mengedepankan strateginya tentang bagaimana caranya semua hasil karya dari penyanyi/band yang dikiperinya mampu menembus pasar target sebanyak-banyaknya, daripada mengedepankan kualitas dari hasil karya-karya mereka.
          Walaupun memang tidak semua penyanyi/band memiliki kualitas yang menurun, tapi setidaknya mereka mau membandingkan karya mereka sendiri dengan karya-karya seniornya. Mereka para musisi senior yang sampai sekarang masih berkarir dapat kita jadikan motivator untuk berkarya seindah mungkin, karena kita adalah tunas seniman musik anyar yang bakal meneruskan karir mereka. Dan untuk para pemusik jaman sekarang, marilah berintrospeksi ria, berfikir sejenak "apakah hasil karya kita lebih mengedepankan gampangnya kepopuleran semata atau mengedepankan kualitas hasil karya kita sendiri?". Setidaknya mereka para senior sudah membuktikan kualitasnya di Indonesia maupun di kancah Internasional.


















Terima kasih sudah mau datang dan membaca artikel saya yang sederhan ini.

Rabu, 07 Maret 2012

Ajang Pencarian Bakat Di Indonesia


          Dewasa ini kian marak ajang pencarian bakat yang bermunculan di layar kaca televisi kita. Berbagai macam bakat/potensi dicari di Indonesia negeri kita tercinta. Mulai dari ajang vokal, band, dancer, boyband/girlband bahkan sampai pencarian bakat untuk memperoleh penghargaan dunia maupun penghargaan di Indonesia. Tentunya respon masyarakat Indonesia sangat-sangatlah senang dan disambut dengan baik. Karena dengan adanya ajang seperti saat ini, paling tidak ada wadah bagi mereka yang memang benar-benar mempunyai bakat/potensi yang besar dan ingin mengembangkannya. Apalagi ditambahnya biaya pendaftaran yang diGRATISkan, karena mayoritas perekonomian masyarakat Indonesia bisa dikatakan di bawah kategori 'sedang'. Contohnya tidak susah melihat jauh kemana-mana, seperti saya sendiri :D.


          Setiap orang memang mempunyai bakatnya masing-masing. Di Indonesiapun banyak bakat-bakat terpendam. Yang jika kita telusuri sampai pelosok tiap-tiap desa/kota-kota kecil juga belum tentu kalah besarnya. Disamping itu ada juga ajang yang diselenggarakan hanya di satu tempat , yang tempatnya itu-itu saja dan lokasinyapun sulit dijangkau oleh orang-orang pelosok. Mungkin itu salah satu kelemahan dari ajang-ajang yang ada saat ini. Namun nilai positif dari ajang-ajang yang ada di Indonesia mungkin salah satunya sudah mampu melambungkan deretan nama-nama tokoh papan atas yang sudah diakui kepopulerannya karena mempunyai bakat luar biasa di Indonesia bahkan di manca negara. 
          Diatas mungkin adalah sekelumit artikel yang membahas tentang ajang-ajang pencarian bakat/potensi yang ada di Indonesia. Dimana disetiap ajang/event memliki kelemahan dan kelebihan. Kelemahan seperti contoh di atas mungkin bisa kita cari solusinya atau bisa juga kita tutupi dengan cara menonjolkan kelebihannya.
















Terimakasih sudah mau datang dan membaca artikel yang sederhana ini.

Selasa, 06 Maret 2012

"Seniman itu tidak tinggi hati !"

           Sering kita melihat orang-orang yang memiliki sifat tinggi hati. Terkadang kita sangat-sangat tidak suka dengan sifat itu, tapi terkadang pula kita sendiri melakukannya.
          Ada sebuah pengalaman yang saya miliki yaitu bertemu dengan orang yang seperti 'itu'. Saya berfikir, "apa memang  sesuatu yang dia lakukan itu penting untuk dirinya?" ya, mungkin dia memang seorang seniman yang piawai memainkan alat musik, tapi bukan berarti pada tempat umum yang memang bukan tempat yang sewajarnya untuk menonjolkan diri.
        Pengalaman saya yang lainpun ada, namun sebaliknya, yaitu bertemu dengan seniman yang memang benar-benar seniman. Boleh dikatakan beliau seorang aktor. Sekilas beliau tidak tampak seperti seniman, tapi hanya seperti tukang becak yang tidak tau apa-apa. Tapi saya amati, beliau itu lebih memilih untuk menyatu dengan alam dan ingin selalu menikmati dirinya sendiri apa adanya. Walapun beliau seorang aktor tapi sya sama sekali tidak melihat tingkah laku atau karakteristik beliiau yang menjerumus ke sifat tinggi. Beliau memberi motivasi kepada saya tentang "ini lho kehidupan yang pernah saya lihat". Menurut beliau, seorang seniman y orang yang biasa, hanya saja dia tidak memikirkan sesuatu yang tidak penting untuk dilakukan.



Semua pengalaman saya diatas pada dasarnya, intinya sama dan jelas. Seseorang yang benar-benar seniman itu akan cenderung santai dan tidak tinggi hati atas karyanya. Sedangkan yang hanya mengaku seniman itu akan cenderung menonjolkan hasil karyanya atau kemampuan dia sendiri. 







terima kasih sudah mau datang apalagi mau membaca artikel ini.

Senin, 05 Maret 2012

Jadi musisi berkualitas? jangan mau 'dikarbit'

MENJADI  musisi keren, terkenal dan kaya nampaknya masih jadi impian wajib yang dianut oleh banyak anak muda dari waktu ke waktu. Dari era awal berkembangnya musik-pun, impian utk menjadi rock/popstar sudah membius imajinasi anak muda dimana saja.
Mereka membayangkan dirinya tenggelam dalam tumpukan kemewahan materi, first-class attitude dimanapun mereka berada, dikerumuni groupies yang mau melakukan apa saja demi kemauan mereka tanpa terkecuali, dan seribu mimpi-mimpi lain yang mengumbar kebebasan hidup mereka. Benar-benar nikmat bukan? Tetapi ironisnya, banyak musisi muda yang terlalu memaksakan impian tersebut untuk segera menjadi kenyataan. Bagus juga sih, apabila mimpi itu bisa memotivasi untuk lebih giat berkarya. Akan tetapi tidak sedikit yang lupa diri sehingga mereka melupakan suatu proses yg harus dilaluinya sebagai syarat wajib meraih kesuksesan.
Betul, untuk menjadi musisi besar bukan hanya dengan memperbanyak jam terbang di berbagai event, yang kemudian akan melebarkan sayap ketenaran mereka. Tetapi pernahkah mereka sebelumnya membayangkan konsekuensi yang harus dihadapi sebagai seorang musisi? Pernahkah membayangkan benturan-benturan yang akan terjadi dalam kehidupan pribadi dengan kompetensi di dunia entertain? Jika belum, maka disinilah permasalahannya!
Sebenarnya seberapa jauh mental dan kemampuan berkarya mereka telah disiapkan? Apakah hanya dengan menjual gossip murahan nantinya akan mampu menyelamatkan eksistensi mereka? Belum tentu! Inilah saatnya kita sadar bahwa dunia musik adalah suatu pilihan dan membutuhkan pengorbanan, sama seperti profesi lain.
Bayangkan bahwa kita harus menjaga kesegaran pikiran, fisik dan mental agar totalitas dan performa kita selalu terpelihara untuk jangka panjang. Selalu siap merangkum ide segar untuk dijadikan materi lagu untuk modal awal sebuah band.
Menjaga keutuhan band agar selalu dalam keadaan kondusif dan menjamin keutuhan komunikasi antar personil, tak lupa bahwa kita harus memilah kepentingan pribadi dengan kepentingan band pula agar tidak terjadi ketimpangan dalam suatu group. Dan disini pula saya katakan bahwa skill individu menempati nomor urutan yg kesekian setelah syarat utama sebuah band,yaitu: solid.
Memang sah saja apabila banyak terjadi fenomena artis karbitan hanya karena sesuatu yang dinilai unik tanpa bisa dipertanggung jawabkan dalam unsur estetika musikal, seperti halnya yg terjadi di industri musik kita. Cuma saya pribadi yakin bahwa hal tersebut tidak akan berlangsung lama, seperti halnya sebuah trend yang sebetulnya hanya akan memberikan keuntungan bagi label rekaman saja.
Tak ada salahnya dan bukan bermaksud muluk-muluk bila sejenak kita melihat band living legend kelas dunia seperti The Rolling Stones, Metallica, U2, Motley Crue hingga Iron Maiden. Mereka pun tidak begitu saja meraih kesuksesan. Pelajarilah bagaimana mereka me-maintain band tersebut selama berpuluh tahun, menjaga hubungan dengan member lain agar tetap sinergis, serta menjaga kualitas musik mereka tetap dalam komposisi dan stamina yang prima.
Kadang saya sendiri merasa ikut bahagia ketika melihat Nikki Sixx dan Tommy Lee saling bercanda di twitter seolah mereka masih merasa berusia sekitar 25 tahun, ataupun melihat gaya bercanda personil Iron Maiden di panggung setelah lebih 30 tahun mereka berjuang bersama.
Ketika mereka ditempa oleh waktu dan tuntutan yang berjalan, maka antara kepribadian dan musikalitas personal akan berjalan selaras tanpa beban. Dengan catatan bahwa mereka telah berkomitmen utk terus semangat dalam berkarya, terlepas impian menjadi superstar di kemudian hari (ataupun tidak). [nuza]*
*penulis adalah penggagas Rockagila 2011 Jogjakarta & vokalis band heavy metal Zues
source : http://www.indonesiantunes.com